Bengkulu mulai menjadikan
kegiatan berburu babi hutan dan adu babi hutan dengan anjing sebagai
daya tarik wisata yang baru. Tradisi yang ada di masyarakat ini diharapkan bisa menarik wisatawan untuk datang ke bumi Rafflesia itu.
Ketua Persatuan Olah Raga Berburu Babi Indonesia
(Porbi) Bengkulu Reza Nisbach, Senin (30/5/2011) kemarin mengungkapkan
harapannya agar ajang berburu babi hutan dan adu babi hutan bisa
digelar rutin.
"Masyarakat di dusun-dusun sih sudah
sering berburu. Mereka memiliki Regu Pembasmi Hama Babi (RPHB). Mereka
punya jadwal berburunya masing-masing," katanya.
Sebagai langkah pertama, pekan kemarin sekitar 300 anjing dari provinsi di Sumatera, DKI Jakarta, dan Banten diikutkan dalam festival berburu tradisional di taman hutan raya Bengkulu dan adu bagong di Pantai Panjang, Bengkulu.
Selain faktor
geografis, Bengkulu juga memiliki jenis anjing pemburu yang andal yang
bisa mendukung perburuan babi hutan, yakni anjing jenis kata hula.
Menurut Reza, anjing kata hula yang pertama kali dibawa dari Amerika
Serikat untuk dikembangbiakkan di Bengkulu tahun 1998 itu memiliki
karakter sebagai anjing pelacak yang andal. Selain kata hula, anjing
yang biasanya dipakai untuk berburu ialah anjing kampung dan anjing ras
peranakan seperti misalnya pitbull.
Sebenarnya, berburu babi
hutan berasal dari masyarakat Minang. Merekalah yang membawa kebiasaan
ini ke Bengkulu. Seperti diketahui, orang-orang Minang banyak yang
merantau dan tinggal di Bengkulu, seperti di Kota Bengkulu dan
Kabupaten Mukomuko.
Faktor geografis Bengkulu yang
bergunung-gunung dengan hutan yang luas semakin menyuburkan kebiasaan
berburu ini. Terlebih babi hutan kerap menjadi hama yang mengganggu
tanaman petani.
Artikel :
BENGKULU, KOMPAS.com - 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar